BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan secara lapangan (kualitatif) dan secara laboratorik
(kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil
tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk, gosok-gosokkan dan
apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya kadar liat (tanah
liat) banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk menandakan kelas tekstur
pasir. Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti sabun basah, dan apabila
mongering terasa seperti tepung.
Penetapan secara laboratorik
dilakukan dengan cara mengambil sejumlah tanah kemudian dipecah-pecahkan sampai
halus, untuk memisahkan pasir yang sangat halus dipergunakan saringan.
Persentase berat (kadar) pasir, debu dan
liat akan diperoleh dengan perlakuan fisika-kimiawi serta berdasarkan atas
cepatnya pengendapan dalam suspense tanahnya menggunakan metode hydrometer.
Tekstur tanah penting kita ketahui,
oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan
sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya
lapangan pertukaran dari ion-ion di dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur
tanah.
Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir,
debu, dan liat, maka kita perlu memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur
tanah. Dimana sifat fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan
dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan
organik, volume, dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara
menempati pori-pori pada waktu tertentu.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1
Alat
dan Bahan
A. Alat :
a. Cawan
b. Dispenser
c. Gelas beker
d. Handsprayer
e. Hydrometer
f. Pengaduk
g. Pengayak tanah
h. Stopwatch
i.
Tabung
sedimentasi
j.
Thermometer
k. Timbangan analitik
B. Bahan
a. Akuades
b. Air
c. NaPo3 (Natrium Polipospat)
d. Tanah kering angin
2.2
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Waktu : 23
April 2014, pukul 15.00-05.00 WIB
Tempat :Laboraturium Tanah Umum Politeknik Negri
Lampung
2.3
Prosedur Praktikum
1. Siapkan Alat dan Bahan untuk praktikum
2. Ayak tanah kemudian ambil 50 gram
3. Masukkan tanah ke dalam gelas beker
4. Tambahkan air akuades 300 ml
5. Tambahkan NaPo3 30 ml dan aduk
6. Blender adonan selama 5 menit / mixer selama 8 – 10
menit
7. Masukkan ke dalam tabung sedimentasi 1000 ml
8. Tambahkan air hingga mencapai 1000 ml
9. Aduk larutan menggunakan alat pengaduk tabung
10.
Siapkan
stopwatch, hydrometer dan thermometer
11.
Masukkan
hydrometer kedalam tabung lepaskan bersama start waktu di jalankan
12.
Kemudian
langsung masukkan thermometer
13.
Hitung
angka hydrometer dan suhu pada waktu 40 detik, 4 menit dan 2 jam
14.
Catat
hasil pengamatan
15.
Setelah
selesai, bersihkan alat praktikum
2.4
Hasil
praktikum
No
|
sampel
|
Waktu
|
suhu
|
Angka
hydro
|
S
|
1.
|
A
|
40 detik
|
30 oC
|
43
|
94
|
2.
|
|
4 menit
|
31oC
|
40
|
88,8
|
3.
|
|
2 jam
|
30,5 oC
|
25
|
58,4
|
BAB III
PEMBAHASAN
Pada proses pengamatan untuk meneliti tekstur tanah menggunakan
hydrometer harus dilakukan secara teliti. Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilaksanakan diperoleh data seperti pada tabel di atas. Pengamatan suhu
dan angka hydrometer pada kandungan pasir memerlukan waktu 40 detik, debu 4
menit dan liat 2 jam. Sebelum pembacaan
angka hydrometer dan suhu perlu dilakukan pengadukan adonan atau larutan tanah
pada tabung sedimentasi. Kemudian dimasukkan thermometer pada tabung setelah
itu memasukkan hydrometer. Dalam proses memasukkan thermometer dan hydrometer
yang dilakukan denagn cara tidak bersamaan, hal ini bertujuan untuk menghindari
karusakan pada alat praktikum yang rawan pecah. Sebelum memasukkan rumus untuk
menentukan persentase tekstur tanah ada penghitungan angka koreksi (S) menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rumus :
Angka koreksi (S) yang dimaksud 2d1 adalah angka
koreksi dari pasir, 2d2 adalah angka koreksi debu dan 2d3 adalah angka koreksi
liat atau persentase dari kandungan liat pada tanah tersebut. Sedangkan untuk
menentukan persentase kandungan pasir, debu dan liat dapat menggunakan rumus berdasarkan
angka koreksi tersebut.
Rumus
: *pasir : 100-2d1 *debu :
(2d1-2d2) + (2d2-2d3) *liat : 2d3Berikut
adalah penghitungan dari data hasil praktium berdasarkan rumus yang telah
ditentukan.
Angka koreksi :
1.
2d1:
30 – 20 x 0,4 + 43 x 2 =94
2.
2d2:
31 – 20 x 0,4 + 40 x 2 =88,8
3.
2d3
:30,5 – 20 x 0,4 + 25 x 2 =58,4
Kemudian menghitung persentase kandungan pasir debu
dan liat :
Pasir :100 – 94 = 6%
Debu: (94 – 88,8) + (88,8 – 58,4) = 5,2 + 30,4 = 35,6%
Liat :58,4 %
Setelah mengetahui persentase pasir, debu dan liat
gunakan segitiga tekstur tanah di bawah ini untuk menentukan tekstur tanah yang
telah di teliti.
Gambar
segitiga tekstur tanah
Dari hasil praktikum penelitian yang telah kami
laksanakan, dapat ditetukan data Persentase debu lebih besar daripada pasir
sedangkan persentase kandungan liat lebih besar dari pasir dan debu.
Berdasarkan hitungan dari segitiga tekstur tanah dapat ditemukan bahwa tanah
tersebut memiliki kategori liat (Clay). Tanah liat adalah partikel
mineral
berkerangka dasar silikat
yang berdiameter
kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium
yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah
unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi.
Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam
karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat
kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan
oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan
berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya.
Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis
golongan oksida silikon yang mengapit satu lapis oksida aluminium. Mineral
lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan
memuai saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk
kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering (Wikipedia).
Jadi dengan melakukan pengolahan lahan dengan baik dan
benar tanah ini tetap baik untuk ditanami tanaman hortikultura.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan data hasil pengamatan di
atas, dapat di simpulkan bahwa:
1. Tanah tersebut memiliki kandungan pasir sebesar 6%,
debu 35,6% dan liat 58,4%
2. Tanah pada lahan hortikultura merupakan kategori tanah
liat (clay)
3. Mahasiswa dapat memahami cara menghitung persentase
pasir, debu dan liat dengan metode hydrometer
LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
PENETAPAN
TEKSTUR TANAH METODE HYDROMETER
(PKD
123)
DISUSUN OLEH :
1.
Mentari Rizki Andriani (13712034)
2.
Rizki Nindia Putri (13712049)
3.
Ristiyani (13712051)
4.
Yuli Kasroni (13712062)
5.
Siska Feriana (13712063)*
PROGRAM STUDI : HORTIKULTURA B
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2013/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar