Minggu, 09 November 2014

Laporan hydrometer (dasar dasar ilmu tanah)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan secara lapangan (kualitatif) dan secara laboratorik (kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk, gosok-gosokkan dan apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya kadar liat (tanah liat) banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk menandakan kelas tekstur pasir. Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti sabun basah, dan apabila mongering terasa seperti tepung.
Penetapan secara laboratorik dilakukan dengan cara mengambil sejumlah tanah kemudian dipecah-pecahkan sampai halus, untuk memisahkan pasir yang sangat halus dipergunakan saringan. Persentase berat (kadar) pasir, debu dan liat akan diperoleh dengan perlakuan fisika-kimiawi serta berdasarkan atas cepatnya pengendapan dalam suspense tanahnya menggunakan metode hydrometer.
Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran dari ion-ion di dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur tanah.
Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat, maka kita perlu memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur tanah. Dimana sifat fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume, dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu.

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1         Alat dan Bahan
A.   Alat             :
a.       Cawan
b.      Dispenser
c.       Gelas beker
d.      Handsprayer
e.       Hydrometer
f.       Pengaduk
g.      Pengayak tanah
h.      Stopwatch
i.        Tabung sedimentasi
j.        Thermometer
k.      Timbangan analitik

B.    Bahan
a.       Akuades
b.      Air
c.       NaPo3 (Natrium Polipospat)
d.      Tanah kering angin


2.2         Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
    Waktu    : 23  April 2014, pukul 15.00-05.00 WIB
    Tempat   :Laboraturium Tanah Umum Politeknik Negri Lampung

2.3      Prosedur Praktikum
1.    Siapkan Alat dan Bahan untuk praktikum
2.    Ayak tanah kemudian ambil 50 gram
3.    Masukkan tanah ke dalam gelas beker
4.    Tambahkan air akuades 300 ml
5.    Tambahkan NaPo3 30 ml dan aduk
6.    Blender adonan selama 5 menit / mixer selama 8 – 10 menit
7.    Masukkan ke dalam tabung sedimentasi 1000 ml
8.    Tambahkan air hingga mencapai 1000 ml
9.    Aduk larutan menggunakan alat pengaduk tabung
10.    Siapkan stopwatch, hydrometer dan thermometer
11.    Masukkan hydrometer kedalam tabung lepaskan bersama start waktu di jalankan
12.    Kemudian langsung masukkan thermometer
13.    Hitung angka hydrometer dan suhu pada waktu 40 detik, 4 menit dan 2 jam
14.    Catat hasil pengamatan
15.    Setelah selesai, bersihkan alat praktikum
2.4         Hasil praktikum
No
sampel
Waktu
suhu
Angka hydro
S
1.
A
40 detik
30 oC
43
94
2.

4 menit
31oC
40
88,8
3.

2 jam
30,5 oC
25
58,4

BAB III
PEMBAHASAN
Pada proses pengamatan untuk meneliti tekstur tanah menggunakan hydrometer harus dilakukan secara teliti. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data seperti pada tabel di atas. Pengamatan suhu dan angka hydrometer pada kandungan pasir memerlukan waktu 40 detik, debu 4 menit dan liat 2 jam.  Sebelum pembacaan angka hydrometer dan suhu perlu dilakukan pengadukan adonan atau larutan tanah pada tabung sedimentasi. Kemudian dimasukkan thermometer pada tabung setelah itu memasukkan hydrometer. Dalam proses memasukkan thermometer dan hydrometer yang dilakukan denagn cara tidak bersamaan, hal ini bertujuan untuk menghindari karusakan pada alat praktikum yang rawan pecah. Sebelum memasukkan rumus untuk menentukan persentase tekstur tanah ada penghitungan angka koreksi (S) menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus :
Angka koreksi (S) yang dimaksud 2d1 adalah angka koreksi dari pasir, 2d2 adalah angka koreksi debu dan 2d3 adalah angka koreksi liat atau persentase dari kandungan liat pada tanah tersebut. Sedangkan untuk menentukan persentase kandungan pasir, debu dan liat dapat menggunakan rumus berdasarkan angka koreksi tersebut.
          Rumus :   *pasir : 100-2d1         *debu :  (2d1-2d2) + (2d2-2d3)                        *liat : 2d3Berikut adalah penghitungan dari data hasil praktium berdasarkan rumus yang telah ditentukan.


Angka koreksi :
1.    2d1: 30 – 20 x 0,4 + 43 x 2 =94
2.    2d2: 31 – 20 x 0,4 + 40 x 2 =88,8
3.    2d3 :30,5 – 20 x 0,4 + 25 x 2 =58,4
Kemudian menghitung persentase kandungan pasir debu dan liat :
Pasir :100 – 94 = 6%
Debu: (94 – 88,8) + (88,8 – 58,4) = 5,2 + 30,4 = 35,6%
Liat :58,4 %
Setelah mengetahui persentase pasir, debu dan liat gunakan segitiga tekstur tanah di bawah ini untuk menentukan tekstur tanah yang telah di teliti.
Gambar segitiga tekstur tanah


Dari hasil praktikum penelitian yang telah kami laksanakan, dapat ditetukan data Persentase debu lebih besar daripada pasir sedangkan persentase kandungan liat lebih besar dari pasir dan debu. Berdasarkan hitungan dari segitiga tekstur tanah dapat ditemukan bahwa tanah tersebut memiliki kategori liat (Clay). Tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang mengapit satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan memuai saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering (Wikipedia).
Jadi dengan melakukan pengolahan lahan dengan baik dan benar tanah ini tetap baik untuk ditanami tanaman hortikultura.


BAB IV
PENUTUP
4.1         Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan data hasil pengamatan di atas, dapat di simpulkan bahwa:
1.    Tanah tersebut memiliki kandungan pasir sebesar 6%, debu 35,6% dan liat 58,4%
2.    Tanah pada lahan hortikultura merupakan kategori tanah liat (clay)
3.    Mahasiswa dapat memahami cara menghitung persentase pasir, debu dan liat dengan metode hydrometer



LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE HYDROMETER
 (PKD 123)
DISUSUN OLEH      :
1.      Mentari Rizki Andriani                    (13712034)
2.      Rizki Nindia Putri                             (13712049)
3.      Ristiyani                                             (13712051)
4.      Yuli Kasroni                                      (13712062)
5.      Siska Feriana                                     (13712063)*
Description: A.politeknik.jpg
PROGRAM STUDI : HORTIKULTURA B
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2013/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar